Selasa, 31 Mei 2011

Implementasi Sosbud pada Askep


MAKALAH
SOSIOLOGI

my college








Disusun Oleh :
1.         Ana Purnama Sari
2.         Anna Nur Hayati
3.         Anisa Yuandita R.U
4.         Chery Y.N.S
5.         Dian Anggraini
6.         Hasnan Setyo Guntoro
7.         Ika Sari
8.         Putri Primastuti
9.         Sandi Nugroho
10.  Sri Purwanti





POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA
D III KEPERAWATAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan,menyebabkan adanya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembanganya itu metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory.
Salah satuteori yang diungkapkan pada midle range theory adalah
Transcultural Nursing Theory. Teori
ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan.Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat,akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan.Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidak nyamanan, ketidak berdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriakatau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaanbilamerasanyerihanyadengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak  sopan,maka ketika ia mendapati klien tersebut menangi satau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutuhan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.Oleh karena itu, sebagai perawat professional kita harus mempunyai pengetahuan tentang kebudayaan di berbagai Negara. Bisa saja suatu saat kita memperoleh pasien yang berasal dari luar negeri..Tentu saja kebudayaan mereka sangat berbeda. Kita sebagai perawat harus berusaha menyesuaikan asuhan keperawatan yang akan kita terapkan dengan kebudayaan mereka. Sehingga bias mencapai tujuan yang diinginkan.

B.  Pokok Permasalahan
Bagaimana perawat menerapkan teori social budaya dalam asuhan keperawatan?
C.  Tujuan
Mengetahui penerapan teori social budaya dalam asuhan kepearawatan.
D.  Manfaat
1.      Bagi pembaca
-          Menambah wawasan pembaca mengenai penerapan teori social budaya dalam asuhan keperawatan.
-          Mengetahui cara penerapan teori social budaya dalam asuhan keperawatan.
2.      Bagi penulis
-          Mengetahui penerapan teori social budaya dalam asuhan keperawatan
-          Menerapkan ilmu yang diperoleh.




BAB II
TINJAUAN TEORI

A.  Teori Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logosberarti ilmu pengetahuan.Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857).Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
1.      Pokok bahasan sosiologi
Pokok bahasan sosiolgi ada empat:
a.       Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut.
b.      Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.
c.       Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah persmasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi.Isu merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.
d.      Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normati.
B.  Teori Sosial Budaya
Teori sosial budaya adalah sebuah teori yang muncul dalam psikologi yang terlihat pada kontribusi penting bahwa masyarakat membuat untuk perkembangan individu. Teori ini menekankan interaksi antara orang-orang mengembangkan dan budaya di mana mereka tinggal. Kebudayaan : suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia  yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1986). Kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu :
1.    Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai , norma-norma, peraturan dsb. Merupakan wujud dari ide kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Letaknya ada di dalm pikiran warga  masyarakat di mana kebudayaan bersan gkutan itu hidup. Dikenal  den gan adat istiadat atau sering berada dalam karangan dan buku-bukuu hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan. Saat ini kebudayaan ideal lebih banyak tersimpan dalam disk, arsip, koleksi microfilm dan microfish, kartu komputer, silinder dan pita komputer.
2.    Wujud Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas tindakan berpola dari manusia dari masyarakat, disebut juga sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yanbg berinteraksi, berhub ungan, bergaul yang berdasarkan adat tata kelaku an. Sistem sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobserv asi, difoto dan didokumentasi.
3.    Wujud kebudayaan  sebagai  benda-benda hasil karya manusia, disebut kebudayaan fisik, dan tak memerlukan banyak penjelasan. Merupakan seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan d an karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret, atau berupa benda-benda atau hal-hal  yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi, komputer, dapat diraba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi, komputer, pabrik baja, kapal, batik sampai kancing baju dsb.
a.    Kebudayaan Rumah Sakit
Mempunyai premis  budaya rumah sakit Kesehatan itu sangat penting, nyawa sangat berharga, perlu berbagai upaya yangharus dilakukan oleh Rumah sakit untuk menyelamatkan nyawa pasien, contoh: rumah sakit berbau karbol palkaian putih-putih bersih.
b.   Sub Kebudayaan
Pasien: tidak enak menjadi pasien, harus bayar, tidak gratis sama sekali
Etiologi penyakit
-          Naturalistik memerangi penyakit ke dokter ke rumah sakit
-          Personalistik, disebabkan oleh roh-roh jahat, ke dukun dulu
Di Luar Negeri
-          Lebih enak menjadi pasien, sambil dirawat dapat makan teratur, tempat rekreasi, dibayar asuransi
-          Persepsi tentang sehat dan sakit
-          Public pain/menyatakan yang profesional, sekolah mahal
c.    Birokrat rumah sakit
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan  yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkemban gan yaitu metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory.
d.   Konsep dalam Transcultural Nursing

Budaya adalah norma atau aturan tindak an dari anggota kelompok  yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan,keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merup akan kebiasaan  manusia sebagai anggota kemunitas setempat. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keselurahan hasil budi dan karyan ya dan sebuah rencana untuk melakukan kegiatan tertentu. Karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut : (1) Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis, (2) budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada  generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan, (3) budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.
Nilai budaya adalah  keinginan  individu atau tindakan  yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi.


C.    Teori Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien.Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien.
a.    Cara I : Mempertahankanbudaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b. Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien
agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c.    Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana
hidup yang dipilih biasanya yang lebih
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Model  ini menyatakan  bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai
landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien
. Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini
.

b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan
.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga
.
 
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways
)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri
.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya
.  Pada tahap ini hal-hal yang dikaji meliputi : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat
.

f. Faktor ekonomi (economical factors
)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarg
a

g. Faktor pendidikan (educational factors
)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali
.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan  kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini

3.
Intervensi dan Implementasi
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan.
 Perencanaan adalah
suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai dengan
latar belakang budaya klien. Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a.      Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b.      Cultural care accomodation/negotiation
1)     Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2)     Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3)     Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya
masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

BAB III
KASUS

Nama lengkap                                     : An. A
Nama panggilan dalam keluarga         : An. A
Umur                                                   : 1 tahun
Tempat dan tanggal lahir                    :Bantul, 05 Juni 2009
Jenis kelamin                                       : Perempuan
Status                                                  : Anak kandung
Tipe keluarga                                       : —
Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga : Orang Tua
Hubungan klien dengan kepala keluarga : Anak
Kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga :bermain bersama
Kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat : kerja bakti

1.    Faktor Nilai – Nilai Budaya dan Gaya Hidup ( Cultural Values and Lifeways )
  1. Posisi dan jabatan : -
  2. Bahasa yang digunakan : Bahasa Jawa
  3. Kebiasaan membersihkan diri : Mandi 2x sehari
  4. Kebiasaan makan :makan sulit dan tidak teratur
  5. Makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit :makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi ( makan gaplek ), ibu pasien juga mengganti pemberian ASI dengan memberikan air tajin.
  6. Sarana hiburan yang bisa dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari – hari : Menonton TV
  7. Ibu beranggapan bahwa keadaan anaknya gizi buruk saat ini yang ditandai dengan perut anaknya buncit dikarenakan kemasukan roh halus yang berasal dari belakang pekarangan rumahnya.


2.    Faktor Kebijakan dan Peraturan Rumah Sakit yang Berlaku ( Pollitical and Legal Factors )
  1. Peraturan dan kebijakan berkenaan dengan jam berkunjung : pukul 16.00-18.00 WIB
  2. Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu : 1 orang
  3. Hak dan kewajiban klien yang harus dikontrakkan klien oleh rumah sakit :
  4. Cara pembayaran untuk klien yang dirawat : JAMKESMAS

3.    Faktor Ekonomi ( Economical Factors )
  1. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan oleh klien :Sumbangan Keluarga
  2. Tabungan dan patungan antar anggota keluarga : —
  3. Pekerjaan klien : Belum bekerja
  4. Sumber biaya pengobatan : JAMKESMAS
  5. Kebiasaan menabung dan jumlahnya dalam sebulan : —-

4.    Faktor Pendidikan ( Educational Factors )
a.    Latar belakang pendidikan klien, meliputi : Belum Bersekolah
b.    Tingkat pendidikan klien : —
c.    Tingkat pendidikan keluarga : Sekolah Menengah Pertama
d.   Jenis pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
e.    Kemampuan klien belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehinggatidak terulang kembali : Orang Tua tidak mengizinkan anaknya untuk bermain hujan-hujan.
5.    Pemeriksaan fisik pada balita gizi buruk
a.         Inspeksi
1)                                                    Mata : agak menonjol
2)                                                    Wajah : membulat dan sembab
3)                                                    Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan
4)                                                    Abdomen : perut terlihat buncit
5)                                                    kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit, odema
b.    Palpasi
Pembesaran hati ± 1 inchi
c.    Auskultasi
Peristaltic usus abnormal

6.    Pemeriksaan penunjang
a.    Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total, elektrolit serum, biakan darah.
b.    Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine
c.    Uji faal hati
d.    EKG
e.    X foto paru

Analisa Data
No.
Pengelompokan Data
Masalah
Etiologi
1












No
Ds :
-   Ibu klien mangatakan bahwa anaknya sulit makan
Do :
- Anaknya rewel
- Anak tampak sangat kurus
- Makanan 1 porsi tidak habis
- Makanan yang


Pengelompokan Data
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi











Masalah
Input yang kurang bergizi











Etiologi

dikonsumsi kurang  mengandung zat gizi ( seperti ,makan makanan gaplek )
- BB = 5 kg, TB = 70 cm ( status nutrisi gizi buruk)
- Perut buncit
- Hepatomegali


2



















No
Ds:
-   Ibu px mengatakan bahwa sakit anaknya dikarenakan karena kemasukan roh halus
Do :
- Perut anaknya yang buncit
- Ibu membawa anaknya untuk berobat ke dukun terlebih dahulu sebelum dibawa ke petugas kesehatan
- Kalalu anaknya sakit diberi obat atau ramuan tradisional seadanya tanpa segera dibawa ke petugas kesehatan.


Pengelompokan Data
Ketidakpatuhan terhadap pengobatan


















Masalah
Sistem nilai yang diyakini


















Etiologi
3












Ds:
- Ibu klien mengatakan bahwa anaknya merasa takut kalau didatangi oleh perawat
Do :
-  Anaknya tampak bingung
-  Anak tampak tak kooperatif saat akan dilakukan tindakan keperawatan
- Anak menangis bila melihat petugas kesehatan mendekatinya
Disorientasi sosial






Kurangnya pengetahuan


Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan input yang kurang bergizi ditandai dengan :
Ds :
- Ibu klien mangatakan bahwa anaknya sulit makan
Do :
- Anaknya rewel
- Anak tampak sangat kurus
- Makanan 1 porsi tidak habis
- Makanan yang dikonsumsi kurang  mengandung zat gizi ( seperti ,makan makanan gaplek )
- BB = 5 kg, TB = 70 cm ( status nutrisi gizi buruk )
-  Perut buncit  dan Hepatomegali

2.Ketidakpatuhan terhadap pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini ditandai dengan :
Ds:
-  Ibu px mengatakan bahwa sakit anaknya dikarenakan karena kemasukan roh halus
Do :
- Perut anaknya yang buncit
- Ibu membawa anaknya untuk berobat ke dukun terlebih dahulu sebelum dibawa ke petugas kesehatan
- Kalalu anaknya sakit diberi obat atau ramuan jamu-jamuan seadanya tanpa segera dibawa ke petugas kesehatan.

3.Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan disorientasi sosial yang ditandai dengan :
Ds:
-       Ibu klien mengatakan bahwa anaknya merasa takut kalau didatangi oleh perawat
Do :
- Anaknya tampak bingung
- Anak tampak tak kooperatif saat akan dilakukan tindakan keperawatan
- Anak menangis bila melihat petugas kesehatan mendekatinya                           

Intervensi Keperawatan
No. Dx
Tujuan
Intervensi
TTd
1
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
dengan kriteria hasil :
- ibu mengatakan anaknya mau makan
- Makanan habis 1 porsi
- BB, TB seimbang
Ibu pasien dapat memberikan makanan yang bergizi
- Perut tidak buncit
Tidak terdapat hepatomegali
1.    Kaji TB, BB, Lingkar kepala,
2.  Berikan pendidikan kesehatan tentang makanan yang mengandung zat gizi.
3.    Berikan porsi sedikit tapi sering
4.    Jaga kebersihan gigi dan mulut
5.    Berikan makanan yang hangat
6.    Kolaborasi dengan tim gizi

2.
Diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan selama 2×24 jam ketidakpatuhan terhadap pengobatan dapat berkurang dengan kriteria hasil :
- Ibu tidak beranggapan bahwa keadaan perut anaknya yang buncit bukan karena roh halus
- Ibu akan membawa anaknya langsung berobat ke petugas kesehatan tanpa dibawa ke dukun terlebih dahulu
-          Kalau anaknya sakit tidak perlu diberi ramuan jamu-jamuan.

1.    Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarganya
2.    Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
3.    Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
4.    Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
5.    Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
6.         Gunakan pihak ketiga bila perlu

3.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam pengetahuan ibu berhubungan dengan disorientasi sosial dapat meningkat dengan kriteria hasil :
-  Ibu klien mengatakan kalau anaknya sudah tidak takut lagi jika didatangi oleh perawat
Anaknya tidak tampak bingung
-  Anak tampak dapat kooperatif saat akan dilakukan tindakan keperawatan
1.      Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarganya
2.    Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh
klien dan orang tua
3.      Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
4.      Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
5.      Lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik apabila konflik tidak terselesaikan









BAB IV
PEMBAHASAN

Dari contoh kasus diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa masalah yang sangat berkaitan dengan sosial budaya adalah diagnosa nomor 2 dan nomor 3. Diagnosa nomor 2 menyatakan bahwa pasien mengalami ketidakpatuhan terhadap pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. Diagnosa tersebut didukung oleh data-data yang diperoleh. Ibu pasien mengatakan bahwa sakit anaknya dikarenakan kemasukan roh halus. Selain itu pasien mengalami pembesaran perut. Terkait dengan diagnosa tersebut, Ibu pasien membawa anaknya berobat ke dukun terlebih dahulu sebelum dibawa ke petugas kesehatan. Pasien juga diberi ramuan jamu-jamuan seadanya tanpa segera dibawa ke petugas kesehatan. 
Untuk dapat mengatasi masalah dari diagnosa kedua dan ketiga, tentu saja ada beberapa hal yang harus kita perhatikan. Karena jika dilihat, keyakinan dari ibu pasien sudah sangat mendarah daging. Maka kita sebagai perawat harus menerapkan komunikasi terapeutik yang efektif agar tujuan penyembuhan dapat tercapai. Kita bisa menerapkan salah satu pedoman dalam asuhan keperawatan dengan perbedaan kebudayaan. Metode yang dapat kita gunakan yaitu mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan (Cultural care accommodation / negotiation dan Cultual care repartening / reconstruction ). Kita bisa menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien,menerjemahkan istialh dari geejala dan penyakit yang dialami pasien kepada orang tua ataupun keluargan kedalam bahasa kesehatan yang mudah dipahami. Kita juga berkewajiban memberikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan. Kemana saja klien bisa mendapatkan pertolongan jika ia mengalami masalah dengan kesehatannya. Setelsth itu kita juga harus melibatkan keluarga dalam perencanaan perawatan. Libatkan pula pihak-pihak ketiga yang sekiranya dapat menjelaskan kondisi pasien kepada keluarganya tanpa menimbulkan kesalahpahaman. Jika Konflik tetap saja terrjadi dan pasien tetap berpegan teguh kepada keyakinannya maka kita bisa melakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan dengan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik yang berlaku.



























BAB V
KESIMPULAN

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logosberarti ilmu pengetahuan.Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857).Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Teori sosial budaya adalah sebuah teori yang muncul dalam psikologi yang terlihat pada kontribusi penting bahwa masyarakat membuat untuk perkembangan individu. Teori ini menekankan interaksi antara orang-orang mengembangkan dan budaya di mana mereka tinggal. Kebudayaan : suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia  yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1986).
Dari contoh kasus diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa masalah yang sangat berkaitan dengan sosial budaya adalah diagnosa nomor 2 dan nomor 3. Diagnosa nomor 2 menyatakan bahwa pasien mengalami ketidakpatuhan terhadap pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. Diagnosa tersebut didukung oleh data-data yang diperoleh. Ibu pasien mengatakan bahwa sakit anaknya dikarenakan kemasukan roh halus. Selain itu pasien mengalami pembesaran perut. Terkait dengan diagnosa tersebut, Ibu pasien membawa anaknya berobat ke dukun terlebih dahulu sebelum dibawa ke petugas kesehatan. Pasien juga diberi ramuan jamu-jamuan seadanya tanpa segera dibawa ke petugas kesehatan. 






DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Efy.2011.Keragaman Budaya dan Perpektif Transkultural.  Diakses
20 Mei 2011, pukul 15.09
Burhanudin,2007. (http://nurs1ng.wordpress.com transkultural-nursing) Diakses 20 Mei 2011, pukul 14.00
Dahlan, S. 2008 (http://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi) Diakses 19 Mei 2011, pukul 15.00
Gunawan, Wahid. 2009 (http://www.docstoc.com/docs/6850304/Teori-teori-Keperawatan) Diakses !8 Mei 2011, pukul 14.00


Tidak ada komentar:

Posting Komentar